Secara fundamental maupun teknis, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) atraktif dan berpeluang menguat dalam jangka menengah-panjang. Penjualan perseroan tahun ini diperkirakan tumbuh sekitar 63%.
Meskipun agak melambat pada kuartal IV tahun ini, berdasarkan kinerja semester I dan kuartal III, pertumbuhan perseroan diproyeksikan cukup tinggi, kata analis PT Sinarmas Sekuritas Alfiansyah kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (28/12).
Pada perdagangan kemarin, saham United Tractors ditutup melemah Rp 25 (0,68%) ke posisi Rp 3.625. Volume transaksi saham yang dibukukan mencapai 3,54 ribu lot senilai Rp 6,42 miliar. Sedangkan frekuensi transaksi tercatat sebanyak 115 kali.
Selama periode 26-28 Desember 2005, broker dengan kode perdagangan ZP bertransaksi beli saham United Tractor sebanyak 18 ribu lembar pada harga rata-rata Rp 3.617,36, dengan transaksi jual 3.000 lembar di level Rp 3.650. Sedangkan broker lain, seperti YU bertransaksi beli sebanyak 50 ribu lembar dan jual mencapai 115 ribu saham pada harga rata-rata Rp 3.625. Selanjutnya, broker SP bertransaksi beli 50 ribu lembar dan jual 88,5 ribu lembar masing-masing pada harga rata-rata Rp 3.625.
Alfiansyah melanjutkan, hingga akhir 2005, pendapatan perseroan diproyeksikan mencapai Rp 13 triliun, dengan asumsi laba bersih Rp 1,2 triliun. Peningkatan penjualan perseroan tersebut akan ditopang pendapatan Komatsu Indonesia yang menguasai pangsa pasar sebesar 47% di industri alat berat, ujar dia.
Selain itu, perolehan beberapa kontrak pertambangan oleh anak usaha United Tractors yakni PT Pamapersada Nusantara diperkirakan ikut menopang pertumbuhan penjualan perseroan tahun ini.
Alfiansyah menjelaskan, pada 2006, seiring imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan suku bunga perbankan, kinerja perseroan diproyeksikan hanya tumbuh 5-10%. Penjualan perseroan akan mencapai Rp 13,8 triliun, dengan laba bersih diproyeksikan sebesar Rp 1,3 triliun.
Berdasarkan harga saham perseroan di level Rp 3.625, valuasi UNTR masih cukup kompetitif dengan price to earning ratio (PER) 8,2 kali dan price to book value (PBV) 2,18 kali. Sedangkan PER rata-rata industri alat berat mencapai 9 kali dengan PBV 1,6 kali.
Melalui metode fair value, harga wajar saham United Tractors dapat mencapai Rp 3.850 dalam jangka pendek. Namun, dengan prediksi PBV 2,5 kali, saham United Tractors berpeluang menuju level Rp 4.150.
Sementara itu, berdasarkan indikator teknis yang ada, seperti moving average (MA), tren saham UNTR masih positif, dengan bertahan solid mencoba menuju MA 60. Indikator relative strength index (RSI) cenderung menguat, demikian pula commodity channel index (CCI) yang memberikan sinyal positif. Indikator stochastic oscillator menunjukkan posisi oversold, jelas dia.
Analis PT Sucorinvest Central Gani Adi Nugroho mengatakan, saham United Tractors cenderung bergerak mendatar (sideways) di posisi Rp 3.600-3.625, karena pasar relatif sepi. Namun, saham sektor alat berat tersebut masih berpeluang menguat dengan memanfaatkan momentum January Effect. Saham UNTR mencoba menembus level Rp 3.650, untuk selanjutnya menuju Rp 3.825 dan kemudian Rp 4.150, jelas dia.
Adi menilai, potensi kenaikan saham UNTR terpicu proyeksi pertumbuhan alat berat pada 2006, seiring agenda infrastructure summit. Perseroan diperkirakan dapat memanfaatkan sejumlah proyek-proyek jalan tol, mengantisipasi kemungkinan penurunan permintaan pada sektor pertambangan batubara. Perseroan masih bisa mengalihkan penjualan alat berat ke sektor lain yang lebih potensial, jelas dia.
Pendapatan Rp 12 Triliun
Sementara itu, menurut manajemen United Tractors, pendapatan perseroan tahun ini diproyeksikan mencapai Rp 12 triliun hingga akhir 2005. Target tersebut diperkirakan dapat tercapai dari penjualan unit, peningkatan produksi, dan efisiensi biaya.
Apalagi pada kuartal III 2005, pendapatan United Tractors meningkat 46,4% menjadi Rp 9,77 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp 6,67 triliun. Peningkatan revenue tersebut telah melampaui full year revenue pada 2004, kata Direktur Keuangan United Tractors Buntoro Mulyono kepada Investor Daily, beberapa waktu lalu.
Menurut Handoko, dari pendapatan perseroan tersebut, sebesar 52% berasal dari penjualan mesin konstruksi dan 48% lainnya melalui kontraktor penambangan. Hingga akhir tahun, kontribusi penjualan mesin konstruksi dan kontraktor penambangan ditargetkan meningkat masing-masing 55% dan 45%.
Dia mengatakan, penjualan mesin konstruksi melalui Komatsu pada kuartal III 2005 meningkat 66% menjadi 1.955 unit dibanding periode sama tahun sebelumnya 1.180 unit. Akhir tahun ini, perseroan menargetkan volume penjualan mencapai 2.450 unit, jelasnya.
Rekomendasi
Alfiansyah merekomendasikan beli saham UNTR untuk jangka pendek maupun panjang. Dia memberikan kisaran support pertama di level Rp 3.475 dan kedua Rp 3.200. Sedangkan resistance pertama di posisi Rp 3.850 dan kedua Rp 4.150. Adi merekomendasikan beli saham UNTR untuk jangka menengah-panjang. Support di level Rp 3.550 dan resistance Rp 3.650,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar